29/03/22

Jelajah air terjun tersembunyi part 4

 


Sudah setahun tidak jelajah hutan karena ada wabah pandemi yang melanda negeri ini, membuat hidung ini kangen aroma daun yang lembab basah, rindu dengan lumpur sungai, ingin dengar gemericik air terjun yang masih alami juga keheningan hutan yang menenangkan.

Sebetulnya bisa saja langsung tancap gas karena dihutan pasti tidak ada pintu masuk loket maupun penjaganya tidak seperti tempat wisata lainnya yang ditutup. Hanya saja kurang suka pasti diperjalanan nanti banyak pos pemeriksaan minta surat vaksin tes antigen tes suhu badan bla .bla..bla, yang membuat hilanglah mood bersenang senang.

Tujuan sama seperti yang lalu masih tetap di daerah jabung taji atas tumpang kabupaten malang, desa yang terkenal dengan 1000 cobannya, seperti biasa karena ini bukan air terjun yang sudah dijadikan wisata umum, maka perlu penunjuk jalan atau guide yang notabene penduduk asli daerah disitu.

Kebetulan salah satu teman ada yang guide klop sudah, start dari pertigaan masuk ke coban jahe langsung gas menuju kampung taji atas, 15 menit kemudian sampailah di perkampungan paling atas sendiri, dari sini bisa kelihatan gunung bromo dan semeru. Selain desa coban disini terkenal dengan kopi tajinya, menikmati kopi di daerah pegunungan memang beda dengan di cafe perkotaan, apalagi jam 1 siang kadang sudah turun kabut jadi maknyus lebih nikmat.

Menyusuri ladang penduduk sambil menikmati pemandangan kami lakukan dengan jalan santai saja, sengaja ane memakai sandal jepit karena musim penghujan pasti kondisi jalannya becek, apalagi kalau sudah dekat air terjun, paling enak tanpa alas kaki alias nyeker biar tidak licin, maklumlah anak kampung sudah biasa nyeker.



Setelah 400 meter jalan mulai turun lumayan jauh, asik jangan takut kepleset jatuh justru itulah yang membuat bahagia jadi ingat masa kecil dulu, menyusuri sungai kecil melewati batu yang licin sampailah di air terjun coban alas sumo, sayang sekali terjadi longsor banyak pohon besar tumbang menghalangi, demi keselamatan karena takut terjadi longsor susulan maka kami tidak berani mendekat cobannya.





Pupus sudah keinginan untuk bermain air sambil menyeduh kopi hangat di iringi suara derasnya air terjun alas sumo, but no problem minum kopi di aliran sungai kecil juga nikmat enjoy bro.



Beres ngobrol ngopi ngudud lanjut lagi tapi ingat sampah harus dibawa lagi, datang bersih kita tinggalkanpun harus seperti semula tanpa sampah. Menuju coban selanjutnya naik lagi kembali ke jalan semula hanya belok turunnya beda arah, kali ini tidak menyusuri sungai tapi turun agak ekstrim menerobos semak belukar yang lumayan tinggi, 30 menit kemudian sampailah di coban rambut moyo.





Debit airnya tidak besar, suasanya agak lembab dingin, menurut guide memang di sini lumayan angker tapi selama kita menjaga kesopanan adab tingkah laku yakinlah pasti aman saja.  Karena cuaca tidak memungkinkan langit sudah gelap meskipun baru jam 12 siang, dikawatirkan hujan turun deras ada longsor atau banjir bandang, maka trip kali ini kami akhiri.

Meskipun hanya dapat 2 air terjun lumayanlah buat mengobati kangen suasana hutan yang masih alami, tapi pasti kami akan kembali menyusuri coban yang tersembunyi lainnya. Selamat berwisata semoga bermanfaat.